TANAH BUMBU – Beberapa rumah di Desa Banjarsari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) mengalami retak-retak dan terancam longsor diduga akibat aktivitas tambang batubara yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.
Selain mengalami kerusakan, terdapat mangkirnya atas tuntutan ganti rugi tanah dan rumah yang sudah disepakati oleh PT BMPE selalu kontraktor dari Pemilik IUP PT SAIM di daerah setempat.
“Sejak punya Pak Pamiso, digali tanahnya untuk di tambang, rumah saya jadi terdampak. Sementara itu, pihak perusahaan belum ada komitmen yang jelas untuk ganti rugi baik tanah ataupun rumah, kata Suharti warga RT02 Dusun I, Desa Banjarsari, kepada wartawan Rabu, (1/12/2021).
Menurut wanita Tenggah baya ini, suami dan anak-anaknya sering mendatangi pihak perusahan. namun, tidak ada tanggapan dari perusahaan terkait.
Sembari tersedu-sedu Suharti menceritakan permasalahan yang ia alami, sebelumnya pihak perusahaan PT.Borneo Mandiri Prima Energy (BMPE) permah menyuruhnya untuk mencari tanah kisaran harga antara Rp 50 – 60 Ribu permeter.
Dia bersama keluarga sudah berusaha mencari ditempat lain, namum tidak menemukan, karena menurutnya pasaran tanah diwilayahnya lebih dari itu.
“3 tahun yang lalu saja harga tanah disini sekitar Rp 180 Ribu permeter,” imbuhnya.
Suharti menyebut banyak terdapat retakan pada bagian dinding rumahnya, bahkan belum lama ini telah terbelah, yang diduga akibat aktivitas pertambangan tersebut. Dan sudah berjalan sekitar satu tahun.
“Kalau pas lagi hujan kami takut, bahkan kami tidurnya kumpul menjadi satu, layaknya pengungsi, kami takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.” Tukasnya.
Lain lagi dengan Sukarni, yang rumahnya bersebelahan dengan Suharti, ia mengaku telah sepakat dengan pihak perusahaan PT. BMPE pembesan lahan sebesar Rp 830 Juta atas tanah pekarangan seluas 0,25 Hektar.
Menurutnya sudah terima DP 400 juta, sisanya akan dibayarkan setelah 6 bulan kemudian, tapi sampai sekarang sudah 3 tahun tak juga dilunasi.
Setiap kali didatangi pihak perusahaan selalu mengatakan belum ada uang. “Kalau ditagih, pihak perusahaan selalu bilang belum ada uang dan belum ada uang. Padahal batubaranya dikeruk terus, loading terus pak,” ucap Sukarni yang tanahnya sudah tergerus longsor. (barlis)
Sebelumnya artikel ini sudah tayang dimedia online Suarakalimantan.com Dengan Judul yang sama