Oleh : Bustanul Mubarok
UNGKAPAN Perpanjangan jabatan, pemilu ditunda dan jabatan Presiden ditambah menjadi 3 Periode ini sangat mendiskreditkan sistem demokrasi bangsa ini yang sudah dibangun sejak lama.
Terlebih ungkapan tersebut diduga muncul dari kalangan tokoh-tokoh bangsa. Tanpa ada beban moral sedikit pun dari mereka, padahal kita tahu menurut Steven Levitski dan Daniel pada sebuah bukunya yang berjudul “HOW Democrasi die”. Dalam buku tersebut demokrasi mati ketika hilangnya rasa demokrasi di tatanan masyarakat.
Contoh uangkapan-ungkapan diatas itu salah satu tanda bahwa demokrasi kita saat ini bisa dikatakan mati, sebab tokoh-tokoh bangsa tidak punya beban moral dengan mengucapkan pemilu ditunda, Jabatan Paresiden 3 periode dan ungkapan lainnya.
Demokrasi sebenarnya pembatasan kekuasaan. Makanya bangsa ini mengatur sistem pemerintahan dibatasi kewenangannya. Misalnya kewenangan presiden untuk membuat undang-undang harus melalui persetujuan rakyat lewat perwakilan rakyat di Senayan.
Demokrasi mati ketika citarasa kita hilang terhadap demokrasi. Saya pribadi pun merasakan itu, hambar rasanya demokrasi saat ini. Ide-ide atau gagasan besar untuk membangun bangsa ini sudah tidak ada, yang ada hanya persoalan vaksin 2, vaksin 3, dan usulan penundaan pemilu, tiga periode untuk jabatan presiden. Sungguh memprihatinkan sekali kondisi demokrasi bangsa kita saat ini. Dan itu seolah-olah seperti benar semua walaupun bertentangan dengan hakikat demokrasi.
Pembatasan kekuasaan itu yang dimaksud demokrasi. Bukan mencari cara untuk memperpanjang jabatan atau memiskinkan gagasan kita terhadap pembangunan bangsa ini kedepan. Sampai saat ini kami rakyat belum pernah mendengarkan gagasan besar sebagai bangsa yang besar. Misalnya pendidikan kita ini diarahkan kemana, pembangunan jangka panjangnya ini seperti apa ? Apa hanya dijadikan tempat dan menghasilkan kaum buruh saja. Dan banyak hal-hal lain yang seharusnya lebih urgen untuk diurusi. Jangan sampai hanya masalah minyak goreng seperti saat ini kondisi pemerintahan kita jadi seperti ini.
Penulis merupakan Ketua Umum Kaukus Anak Muda Indonesia (KAMI) Kabupaten Tanah bumbu.