Scroll untuk baca artikel
Kotabaru

Dari Rombong ke Harapan: Kisah Penjual Pentol Goreng Keliling di Kotabaru yang Raup Rp700 Ribu Sehari

×

Dari Rombong ke Harapan: Kisah Penjual Pentol Goreng Keliling di Kotabaru yang Raup Rp700 Ribu Sehari

Sebarkan artikel ini
Paman Pentol, penjual keliling asal Kotabaru, mendorong rombongnya di tengah panas terik. Ia membuktikan bahwa kerja keras dan keberanian memulai adalah resep utama menuju perubahan.
Paman Pentol, penjual keliling asal Kotabaru, mendorong rombongnya di tengah panas terik. Ia membuktikan bahwa kerja keras dan keberanian memulai adalah resep utama menuju perubahan.

KOTABARU, BACAKABAR – Dengan rombong sederhana dan semangat pantang menyerah, seorang warga di Kotabaru mengubah keterbatasan menjadi peluang. Setiap hari, ia mendorong rombongnya menyusuri jalanan kota, menjajakan pentol goreng yang ia racik sendiri. Kini, usahanya membuahkan hasil: omzet harian mencapai Rp700 ribu.

“Kalau lancar, bisa dapat Rp600 sampai Rp700 ribuan. Tapi bersihnya sekitar Rp150 sampai Rp200 ribu,” ucap pria yang dikenal dengan sebutan Paman Pentol, Kamis (3/7/2025).

Ia tak menggantungkan nasib pada pelatihan atau warisan bisnis. Ia belajar sendiri dari YouTube dan Google. “Saya enggak berani tanya ke penjual lain. Takut disangka mau saingi. Jadi saya belajar diam-diam dari internet,” ungkapnya.

Hari pertama membuat pentol, ia undang teman-temannya untuk mencoba. Selama tiga hari ia terus bereksperimen hingga akhirnya mendapat pengakuan: “Hari ketiga, teman-teman bilang rasanya sudah layak jual. Dari situ saya mantap mulai jualan.”

Ia memulai usaha ini dengan modal Rp4 juta. Uang itu ia pakai untuk membuat rombong, beli bahan baku, dan lengkapi alat dagang. Biaya operasional harian sekitar Rp400 ribu, dengan margin sekitar 40 persen. Namun, menurutnya, modal terbesarnya justru bukan uang.

“Modal utama saya adalah mental. Saya sering minder karena banyak saingan yang sudah punya pelanggan. Tapi saya yakin, orang belum kenal saja. Asal jujur, pasti ada jalan,” katanya mantap.

Ia mengandalkan kejujuran sebagai strategi pemasaran. “Saya bilang ke pembeli, ini pertama kali saya jualan. Saya minta masukan. Banyak yang bantu kasih saran,” katanya.

Kini, ia berjualan di titik-titik strategis pusat kota. Meski terkadang dagangan cepat ludes, ia tetap menyesuaikan produksi agar tak merugi. “Kota ini kecil, cari pasar baru agak susah. Jadi saya jaga-jaga jangan over produksi,” ujarnya.

Baca Juga  Lima Pengedar Sabu Diringkus Sat Resnarkoba dan Macan Bamega Polres Kotabaru

Meski menetap di Kotabaru, ia berasal dari Sulawesi Tenggara. “Istri saya orang sini, jadi ikut dulu. Tapi sebagai anak laki-laki, saya punya tanggung jawab ke orang tua. Nanti ingin pulang dan buka usaha juga di kampung,” ucapnya.

Ia memimpikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar omzet. “Saya ingin buka lapangan kerja. Kalau usaha ini berkembang, saya mau ajak orang lain. Asal kita serius, jujur, dan enggak takut mulai, insya Allah rezeki datang,” tutupnya penuh harap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *