Jakarta– Pemilihan presiden di Indonesia selalu menjadi peristiwa politik yang penuh gejolak dan mencengangkan. Dalam konteks ini, hasil survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA telah mengungkapkan perubahan menarik dalam elektabilitas salah satu calon presiden, yaitu Anies Baswedan. Hasil survei ini menunjukkan bahwa elektabilitas Anies Baswedan mengalami penurunan yang signifikan setelah ia mendeklarasikan diri berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, yang akrab disapa Cak Imin, sebagai bakal cawapresnya.
Menurut Direktur LSI, Adjie Alfaraby, elektabilitas Anies Baswedan turun sebesar 5,2 persen dalam waktu singkat. Awalnya, pada bulan Agustus, elektabilitas Anies berada di angka 19,7 persen, namun pada bulan September, angka tersebut turun menjadi 14,5 persen. Perubahan ini menciptakan perdebatan dan analisis mendalam dalam dunia politik Indonesia.
Ada dua faktor utama yang disebutkan oleh Adjie Alfaraby sebagai penyebab penurunan elektabilitas Anies setelah berpasangan dengan Cak Imin:
1. Kritik Tertulis Susilo Bambang Yudhoyono (SBY): Salah satu faktor kunci adalah kritik tajam yang dilontarkan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Anies Baswedan setelah ia memilih Cak Imin sebagai cawapresnya. Kritik ini menyebar luas di media sosial dan berpengaruh besar terhadap persepsi publik terhadap Anies.
2. Perbandingan Elektabilitas dengan AHY: Cak Imin dinilai memiliki elektabilitas yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan rivalnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang juga merupakan calon presiden. Perbandingan ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan elektabilitas Anies.
Selain itu, survei LSI Denny JA juga menunjukkan perubahan positif dalam elektabilitas dua calon presiden lainnya, yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Prabowo mengalami kenaikan elektabilitas sebesar 3,6 persen menjadi 39,8 persen di bulan September dari 36,2 persen di bulan Agustus. Sementara itu, Ganjar mengalami kenaikan elektabilitas sebesar 2,1 persen menjadi 37,9 persen di bulan September dari 35,8 persen di bulan Agustus.
Survei tersebut melibatkan 1.200 responden dengan metode multi-stage random sampling dan teknik pengumpulan data melalui wawancara tatap muka serta menggunakan kuesioner. Survei dilakukan pada tanggal 4 hingga 12 September dengan margin of error sebesar lebih kurang 2,9 persen.
Selain hasil survei LSI Denny JA, survei Indikator Politik Indonesia juga menunjukkan aspek menarik terkait dengan pemilih Anies Baswedan di Jawa Timur (Jatim). Survei ini mengungkapkan bahwa sebagian besar pemilih Anies di Jawa Timur memiliki iman politik yang masih lemah. Dalam survei tersebut, 41,8 persen dari total suara pemilih Anies di Jatim mengaku memiliki kemungkinan besar untuk mengubah pilihan mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa pendukung Anies di Jatim termasuk dalam kategori pemilih yang memiliki iman politik yang lebih lemah, yang berpotensi berubah dalam perjalanan kampanye.
Semua hasil survei ini menciptakan dinamika menarik dalam peta politik Indonesia menjelang pemilihan presiden yang akan datang. Tetapi, penting untuk diingat bahwa elektabilitas dan dukungan pemilih dapat berubah seiring berjalannya waktu, terutama dalam konteks politik yang seringkali tidak bisa diprediksi dengan pasti.